Panggilan dari PBB ini datang beberapa bulan setelah penyelidikan menemukan adanya penyalahgunaan hak asasi manusia yang meluas terhadap warga Libya dan para migran di Libya. Libya yang dilanda perang menjadi titik keberangkatan utama bagi para migran di Afrika Sub-Sahara untuk memasuki Eropa.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyerukan kepada Libya untuk mengakhiri penahanan sewenang-wenang dan pengusiran massal terhadap para migran, dan menuntut agar para migran diperlakukan dengan martabat, melaporkan agen berita Agence France Press kemarin (12 Juni).
Negara di Afrika Utara tersebut dituduh menangkap pria, wanita, dan anak-anak dari jalanan dan rumah mereka, serta menahan mereka di pusat-pusat penahanan yang penuh sesak.
Badan-badan PBB juga menyerukan kepada otoritas Libya untuk memberikan "akses tidak terhalang kepada organisasi bantuan untuk melindungi mendesak para tahanan."
Organisasi Internasional untuk Migrasi (OIM) memperkirakan bahwa ada lebih dari 600.000 migran yang terjebak di Libya.
Panggilan ini muncul setelah temuan penyelidikan yang didukung oleh PBB menemukan "pelanggaran hak asasi manusia yang serius dan meluas" serta "alasan yang cukup untuk meyakini bahwa kejahatan terhadap kemanusiaan telah dilakukan terhadap warga Libya dan para migran."
"Migran, khususnya, telah menjadi sasaran dan terdapat bukti yang sangat kuat bahwa mereka secara sistematis disiksa," demikian pernyataan PBB.
Dalam pernyataan bersama yang ditulis pada bulan Maret, beberapa organisasi hak asasi manusia dan masyarakat sipil mendesak PBB untuk membentuk mekanisme akuntabilitas guna mengatasi "krisis impunitas" di Libya.
Comments
Post a Comment